Salah satu problem besar yang, mungkin, tak terpikirkan dalam sejarah pembentukan konsep negara-bangsa (nation-state) adalah hak asasi sekelompok imigran yang telah kehilangan status kewarganegaraannya. Kita lantas bertanya-tanya: apa yang dapat dilakukan filsafat—terutama filsafat politik—dalam memberikan, setidaknya, status ontologis para imigran yang tengah mencari suaka di negara lain setelah terusir dari negaranya sendiri?
Seyla Benhabib, salah seorang filsuf perempuan terpenting abad ini, mengajukan konsep “kosmopolitanisme lain” (another cosmopolitanism) untuk mengatasi kegagapan Teori Kritis secara khusus dan filsafat politik secara umum dalam menjawab persoalan tersebut. Etika diskursus publik yang dikembangkan Habermas, misalnya, dianggap tidak memadai oleh Benhabib karena kehilangan kepekaan terhadap isu-isu gender, disagregasi kedaulatan, imigran tanpa dokumen, pengungsi, dan imigran yang sudah tidak memiliki negara (stateless persons).
Benhabib mencoba melampaui keterbatasan Habermas tersebut, dan dengan demikian, ia telah memberi tenaga baru bagi filsafat politik dewasa ini.
DAFTAR ISI
PRAKATA PENULIS
BAB 1 / PENDAHULUAN
BAB 2 / TEORI KRITIS
Pendahuluan
Mazhab Frankfurt
Teori Diskursus Habermas
Kritik Benhabib
Utopia Komunikatif
Rangkuman
BAB 3 / UNIVERSALISME INTERAKTIF
Pendahuluan
Masalah Netralitas
Ruang Publik dan Privat
Tantangan Skeptisisme
Rangkuman
BAB 4 / KLAIM-KLAIM KEBUDAYAAN
Pendahuluan
Dimensi Normatif Kebudayaan
Politik Dialog Kebudayaan yang Kompleks
Multikulturalisme dan Perempuan
Rangkuman
BAB 5 / KEANGGOTAAN POLITIK
Pendahuluan
Dilema Konstitutif Demokrasi Liberal
Keramahtamahan
Hak untuk Mendapatkan Hak
Keadilan Distributif Global
Tantangan Komunitarian
Rangkuman
BAB 6 / PENUTUP
Rangkuman
Relevansi
Prospek
INDEKS