Boleh jadi buku Ilusi Media Sosial karya Jaron Lanier adalah buku tentang media sosial paling provokatif dan paling menggelisahkan yang pernah saya baca. Betapa tidak, buku itu mengusik kemapanan cara pandang kita mengenai media sosial.
Memang, sudah banyak kita dengar pandangan-pandangan kritis mengenai media sosial, bahwa media sosial tidak 100% mengandung hal positif. Hanya, cara bertutur Lanier di buku tersebut bisa dibilang terlampau provokatif, bahkan cenderung agresif.
Pada buku setebal 203 halaman itu kita bisa menemukan judul-judul bab serupa: Meninggalkan Sosial Media adalah Cara Paling Tepat Sasaran untuk Melawan Kegilaan Zaman Kita, Media Sosial Sedang Merusak Kebenaran, Media Sosial Membuat Anda Tidak Bahagia. Provokatif, bukan?
Usai membaca buku Lanier kita mungkin akan merenungkan sejumah hal: berapa lama waktu kita habis untuk berkubang di Instagram melihat foto teman-teman yang menikmati piknik di akhir pekan, yang justru membuat kita iri dan sakit hati sendiri? Berapa waktu terbuang untuk menonton video-video prank nirmanfaat di Youtube? Masih adakah privasi ketika semua detail dari hidup kita unggah ke media sosial?
Menurut para pakar, setidaknya ada tiga sudut pandang dalam melihat internet. Sudut pandang pertama adalah mereka yang pesimistis dengan internet dengan segala isinya. Internet hanya memiliki satu dampak yaitu dampak buruk.
Sedang sudut pandang kedua melihat internet dengan opitimis, membawa banyak kemudahan dan membantu kehidupan umat manusia. Sedangkan sudut pandang ketiga berada di tengah-tengah: internet punya banyak dampak baik, tapi tetap harus kritis memandang internet karena tidak sepenuhnya bermanfaat.
Barangkali Lanier merupakan seorang pengamat media sosial dengan cara pandang pertama. Ia sudah luar biasa pesimis dengan internet (media sosial). Sudah tidak lagi ia lihat manfaat media sosial hanya berisi penipuan, perusakan, kepalsuan, konsumerisme, manipulasi, hilangnya kebebasan/otonomi dan hal-hal buruk lainnya.
Sehingga tidak aneh jika di beberapa penutup bab ia memberi saran: tutuplah akun-akun medsosmu. Lanier misalnya menulis: Untuk membebaskan diri Anda, untuk lebih autentik, untuk tidak terlalu adiktif, untuk tidak terlalu termanipulasi, untuk tidak terlalu paranoid, untuk semua alasan menakjubkan ini, hapuslah akun-akun Anda (hlm. 39).
Sejumlah kalangan telah berusaha menjadikan media sosial sebagai tempat yang nyaman untuk berinteraksi. Gerakan literasi digital juga terpantau mulai digencarkan untuk ekosistem internet yang lebih sehat. Belum lagi Gerakan diet medsos yang perlahan menjadi tren.
Pun demikian, upaya-upaya itu, di mata Lanier, seperti tidak cukup. Ia betul-betul prihatin dengan fenomena kiwari: manusia dikendalikan oleh gawai, bukan sebaliknya. Lanier juga bicara tentang bagaimana algoritma bekerja di media sosial. Manusia jadi tak berdaya di hadapan media sosial.
Jadi apakah Anda sudah siap menutup akun medsos sesuai saran Lanier?
- Resensi ini sebelumnya pernah terbit di Solo Pos 16 Februari 2020
Pengajar di Prodi KPI IAIN Surakarta. Banyak membaca dan menulis seputar sastra.