Di era neolib, menjadi orangtua merupakan pekerjaan sangat sulit, meski kehadiran anak adalah anugerah dan pelengkap dalam kehidupan berkeluarga. Mungkin bagi sebagian orangtua mengurus anak tidak membutuhkan idealitas yang berakhir pada kekakuan menyikapi perkembangan anak. Meski tidak sepenuhnya salah namun peran orangtua dalam perkembangan anak sangat menentukan.
Sebagai sosok fitri dan bersih, seorang anak ibarat sebuah kaset kosong yang siap merekam apa saja yang diterima. Sewaktu-waktu rekaman itu akan kembali diputar hingga menjadi kesadaran yang membentuk karakter dan perilakunya. Dalam teori psikologi, daya rekam anak pada usia emasnya sangat kuat dan tahan lama. Menurut Turner, masa kanak-kanak adalah masa saat mereka berada dalam situasi ambang. Masa ini cenderung diisi dengan identifikasi. Jika seorang anak mengidentikkan dirinya terhadap sesuatu yang salah tidak mustahil seluruh sisa hidupnya akan dilaluinya dengan salah. Apa lagi, di saat televisi dan HP android mulai merambah hampir setiap keluarga dan ruang bereksprersi semakin terbuka.
Tidak ada yang instan dalam membentuk karakter. Yang mereka lakukan hari ini bukanlah hasil spontan. Maka, menjadi orangtua bukanlah sekadar melahirkan, membesarkan dan menafkahinya. Terpenting adalah menjadikan anak sebagai manusia yang bisa merasakan kehangatan fisik dan batin orangtua sekaligus.
Maka, di sinilah buku Susah Senang Bersama Si Buah Hati hadir. Dalam buku ini penulis mencoba mengajak kita untuk merenungkan kembali fungsi (kehadiran) orangtua di antara buah hatinya.
Hal ini bisa dilihat pada tulisan Stop, Yatimkan Anak! dan Orangtua Lengkap, Anak Kok Yatim Piatu? Dengan bahasanya yang lugas dan tidak bertele-tele penulis menjelaskan pentingnya kehadiran orangtua dalam makna yang sesungguhnya. Ia tidak hanya hadir dalam bentuk simbol pun fisik yang beku. Sebagai seorang manusia, anak membutuhkan kasih sayang dan cinta dari orangtua yang keluar dari dalam hatinya. Maka, menganggap anak hanyalah seonggok daging yang dimiliki dan memerlakukannya seperti robot tidak hanya akan membuat anak terluka dan trauma, ia bisa menjadi bom waktu yang kapan saja bisa meletus hingga membuat seisi rumah gelagapan dan mungkin terbunuh.
Bukti pentingnya kehadiran orangtua bisa kita baca pada tulisan Kasus Anak Yang Ditinggal Orag Tuanya Bekerja di Luar Daerah. Berdasarkan penelitian sederhana penulis setidaknya ada empat kasus anak yang ditinggal orangtuanya ke luar daerah karena alasan mencari nafkah. Dari keempat kasus yang disajikan terdapat benang merah bahwa anak yang mereka tinggalkan mengalami gangguan psikologis baik berupa penurunan prestasi di sekolah, suka bengong hingga rusaknya moral anak.
Perilaku menyimpang seorang anak tidak hanya semata dikarenakan jauh dari orangtuanya baik dalam makna fisik pun psikologis, pola pengasuhan yang salah juga mempunyai sumbangsih besar dalam membentuk karakter anak. Maka mendidik anak harus ekstra hati-hati. Jika tidak, maka orangtua telah ikut menyumbang dalam terbunuhnya anak perlaha-lahan. Dalam Pola Asuh Anak: Tegas Wajib, Keras Perlu mendidik anak tidak harus selalu keras namun dibutuhkan ketegasan yang ajeg dan istiqomah. Jika orangtua dalam mendidik anaknya plin-plan, jangan salahkan mereka jika suatu saat akan tumbuh dengan karakter yang tidak diinginkan.
Namun, anak tetaplah anak. ia adalah pancaran suci dari sang pencipta. Maka, dalam tulisan Laku Spiritual Untuk Anaka, Pentingkah? menyelami psikologi anak dengan usaha apa pun tetap akan menyisakan ruang hitam yang tak bisa teraba. Di sinilah pentingntya berdoa bagi orangtua pada Tuhan untuk anaknya.
Buku Susah Senang Bersama Si Buah Hati karya A. Daridiri Zubairi adalah usaha berbagi dalam menyikapi dan mendidik anak lebih baik ke depan. Selain ditulis dengan bahasa yang ringan dan sesekali berbentuk cerita, buku ini dilahirkan berdasarkan pengalaman langsung. Sehingga membacanya akan membuat kita menemukan sasuatu yang baru untuk kemudian diaplikasikan atau diadopsi dalam metode yang berbeda.